Beranda

Rabu, 13 Februari 2019

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI TANAH PAPUA BELUM MENYENTUH KARAKTERISTIK OAP
==============================
Secara universal, penyelenggaraan pendidikan di jagat Papua masih belum mendarat dalam konteks masyarakat asli sehingga secara kuantitas terlihat ada sejumlah lulusan, sejumlah lembaga pendidikan baik secara formal maupun non formal, ada sejumlah aktivitas guru dan siswa. Tetapi outputnya belum menjawab masalah dan tantangan yang ada.

Misalnya: Gerakan positif dalam menjawab tantangan jaman selalu mendapat tantangan internal bahkan bahkan dianggap mengganggu   dengan kultur lama. Pada hal secara prinsip tidak. Justru penyelenggaraan  pendidikan hari ini adalah harus melakukan gerakan "menjadi tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular" dengan cara mengubah pola sesuai zaman tanpa melawan prinsip.

Faktanya justru bukan ditekan atau meminimalisir kejahatan dan masalah, malah masalah terus meningkat dan semakin menjadi-jadi. Bahkan mengalami kemajuan luar biasa di dunia kejatahan dibanding dengan kebaikan dan kebenaran. Injil seperti tidak berdaya alias kehilangan kekuatan akibat sirna atau redupnya kesaksian orang percaya sebagai Injil ke lima atau Injil berjalan di dalam tantangan perkembangan dan kemajuan zaman.

Saya berharap agar:

1. Gereja harus sadar  secara sungguh-sungguh tentang ARTI, MAKSUD dan ESENSI Gereja baik secara organisasi dan secara Teologis sehingga bisa dibedakan di dalam realisasinya;

2. Gereja harus keluar dari wilayah dan kulturnya untuk melihat keadaan dunia nyata, sehingga misinya dapat diterjemahkan dan Injil dapat diaktualisasikan dengan pendekatan dan metode sesuai zaman;

3. Susunan dan Pelaksanaan  program-program gereja harus sesuai tuntutan zaman, sehingga harus merasa butuh atau perlu input-input dari segenap elemen jemaat yang merasakan dampak langsung dari tantangan zaman itu;

4. Gereja harus menghindari kesan-kesan seperti: praktek-praktek asal jadi, asal bapak senang, sesama kelompok, yang sebenar penyakit dan tumor ganas yang mematikan atau melumpukan mesin organisasi;

5. Gereja harus menghilangkan dan atau merubah paradigmanya yakni seperti: "orang yang berbeda pendapat dan berbeda suku, ras, agama selalu dianggap jahat," sebab hal ini bukan dan tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus sebagai Pendiri dan Kepala Gereja itu sendiri;

6. Syafaat Tuhan Yesus dalam Yohanes pasal 17 itu perlu direnungkan dan diimplementasikan secara benar, yang dimulai oleh puncuk kepemimpinan hingga pada jemaat (bukan asal konsep dan bulan juga asal program), sebab doa itu merupakan isi hati dan maksud Bapa bagi gereja-Nya hendak dirikan kelak, sehingga setiap kelompok yang mengaku gereja perlu diwujudnyatakan secara sungguh-sungguh;

7. Dan banyak lagi hal yang harus diperhatikan dan dievaluasi oleh gereja agar "Injil adalah kekuatan Allah" itu benar-benar berakar di dalam hati setiap orang terutama OAP sehingga Papua benar-benar terwujud sebagai tanah damai.

KESIMPULAN SAYA:
Perlu dilakukan evaluasi secara total pelaksanaan pendidikan di tanah Papua terutama di dalam Pendidikan Kristen. Maksudnya adalah supaya melihat fakta dan menilai kembali pelaksanaan Pendidikan selama 164 tahun ini dengan klasifikasi evaluasi:
- Pelaksanaan pendidikan pada 05 Februari 1855 hingga kembalinya Irian Barat ke pangkuan pertiwi;
- Pelaksanaan pendidikan pada kembalinya pangkuan ke Pertiwi hingga tumbangnya Orde Baru;
- Pelaksanaan pendidikan pada tumbangnya Orde Baru hingga tahun 2000;
- Pelaksanaan pendidikan pada tahun 2000 hingga 2018 ini;

Sebab terkesan pelaksanaan pendidikan Kristen di tanah Papua akhir-akhir ini seperti belum mendarat dengan adanya tantangan dan perkembangan zaman, dengan banyaknya regulasi yang tak akomodir kondisi pendidikan dan orang Papua. Artinya menguras banyak tenaga, banyak biaya, banyak pikiran dan bekerja keras tanpa hasil atau sia-sia.

Shalom!
@LK_anamenews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar