------------------------------------
"Lalu Yosua memanggil kedua belas orang yang ditetapkannya dari orang Israel itu, seorang dari tiap-tiap suku,
dan Yosua berkata kepada mereka: "Menyeberanglah di depan tabut TUHAN, Allahmu, ke tengah-tengah sungai Yordan, dan angkatlah masing-masing sebuah batu ke atas bahumu, menurut bilangan suku orang Israel,
supaya ini menjadi tanda di tengah-tengah kamu. Jika anak-anakmu bertanya di kemudian hari: Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu?
maka haruslah kamu katakan kepada mereka: Bahwa air sungai Yordan terputus di depan tabut perjanjian TUHAN; ketika tabut itu menyeberangi sungai Yordan, air sungai Yordan itu terputus. Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya." (Yosua 5:4-7).
Yosua adalah representasi generasi lama yang memimpin generasi baru, yang dipercayakan Tuhan melalui Musa, hamba-Nya untuk melanjutkan misi Allah. Misi Allah yang diberikan kepada Musa adalah untuk menggenapi janji Allah kepada Abram, leluhur mereka, yakni merebut dan menduduki tanah Kanaan. Yosua mampu membawa bangsa yang tegar tengkuk dan kepala batu ini dengan baik dan sempurna, sebab selalu percaya, berpaut dan taat kepada perintah TUHAN, Allah Abram, leluhurnya.
Generasinya baru, tantangan kepemimpinannya beda dengan masa kepemimpinan Musa dan orang-orang seangkatan dengan dia sudah tiada kecuali Kaleb. Tetapi dia memimpin umat dengan baik sampai memasuki Tanah Perjanjian, dan Allah dipermuliakan di dalam kepemimpinannya. Hal ini perlu menjadi pelajaran baik bagi para generasi lama yang masih menjadi pemimpin kepada generasi baru, tantangan yang berbeda dengan tidak mengandalkan pengalaman saja.
Satu peristiwa agung yang dilakukan Tuhan di awal karier Yosua adalah "mengeringkan sungai Yordan" untuk menyeberangi hampir 40.000 orang Israel. Dan dicatat sebagai fakta sejarah sebagai pengingat kedahsyatan dan kehebatan kuasa TUHAN kepada generasi kemudian dengan meletakan "dua belas batu peringatan."
Saudaraku,
Setiap orang memiliki sejarahnya masing-masing yang harus diingat dan dicatatan baik oleh dirinya sebagai pelaku maupun oleh pengamat sejarah dan penerus karya dengan apa adanya. Maksudnya adalah bukan saja untuk mendokumentasikan karya tersebut melainkan juga untuk fungsi motivasi atau membangkitkan spirit tersendiri di dalam mengembangkan dan melakukan karya-karya lain di dalam kehidupan ini. Sekecil apapun karya kita harus selalu menjadi perhatian dengan catatan dan ingatan demi kepentingan pembejaran generasi selanjutnya agar diberi motivasi dan memuliakan Allah.
Ingat!
Di dalam berbicara tentang sejarah, umumnya dikenal ada empat pihak, yakni: pelaku sejarah, penerus atau penikmat sejarah, korban sejarah dan pengamat sejarah. Peran penting dalam mencatat semua peristiwa ini adalah oleh pihak pengamat sejarah. Pengamat sejarah adalah bisa oleh pelaku sejarah langsung tetapi oleh pengamat lain melalui usaha penelusuran sejarah. Dan di dalam mereview ulang sejarah oleh pengamat, biasanya selalu dekat dengan kepentingan penulis atau penguasa atau kepentingan lain, sehingga seringkali menghilangkan fakta dan kebenaran. Dengan demikian, terjadi kegagalan di dalam dua tujuan mulia di atas.
Shalom!
@_nehemiyahfamilynews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar